Senin, 31 Oktober 2016

PT. LAMADA GROUP



Nama kelompok :
Hikman Tartila                                    (14514983)
Intan Nurul Primanisa                         (15514375)
Intan Yuliawati                                   (15514389)
Ita Tri Suhardianti                               (15514540)
Kandi Larasati Tambunan                   (15514765)




Profil perusahaan
 
Perusahaan yang berdiri sejak November 2016 ini bergerak di bidang furniture, dengan menjunjung standar internasional sebagai standar produksi perusahaan, PT. LAMADA hadir memberikan solusi terbaik bagi anda yang membutuhkan furniture dengan kualitas terbaik serta kami memberikan ruang kreasi untuk konsumen dan kami berusaha mewujudkannya menjadi bentuk nyata.

Visi :
  1.       Menyediakan kualitas terbaik dari dan untuk konsumen
  2.       Menjadi perusahaan furniture yang profesional
  3.       Menjadi perusahaan furniture yang terpercaya
Misi :
  1.       Memberikan kualitas barang yang kuat dan tahan lama
  2.       Membantu pelanggan/klien merealisasikan desainnya
  3.       Memberikan pelayanan yang terbaik untuk pelanggan
  4.       Menciptakan keharmonisan dan komitmen yang tinggi bagi relasi bisnis dan pihak yang terkait

Selasa, 10 Mei 2016

Kesehatan Mental


Tugas Kelompok Kesehatan Mental





Kelas 2PA07
Anggota kelompok :
ARVA SAVISTA AZALIA              11514700
GANES DWI
YUNIARTI                14514460
INTAN NURUL
PRIMANISA        15514375
ITA TRI
SUHARDIANTI                 15514540
NOVI LATIFAH                               18514041
PADMA
PARAMITTA                     18514362
RANI HADYANINGTYAS             18514917
Tema : Pengaruh body
image
terhadap perilaku diet
Body
image
bagi remaja merupakan hal yang penting, karena pada
masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun
psikis. Pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna pada saat masa puber
berakhir, dan juga belum sepenuhnya sempurna pada akhir masa awal remaja.
Terdapat penurunan dalam laju pertumbuhan dan perkembangan internal lebih
menonjol daripada perkembangan eksternal. Hal ini tidak mudah diamati dan
diketahui sebagaimana halnya pertumbuhan tinggi dan berat tubuh atau seperti
perkembangan ciri-ciri seks sekunder.
Kesadaran
akan adanya reaksi sosial terhadap berbagai bentuk tubuh menyebabkan remaja
prihatin akan pertumbuhan tubuhnya yang tidak sesuai dengan standar budaya yang
berlaku. Karena mengetahui bahwa reaksi sosial terhadap bentuk tubuh ektomorfik
dan mesomorfik, maka anak-anak yang bentuk tubuhnya cenderung endormofik merasa
prihatin. Keprihatinan timbul karena adanya kesadaran bahwa  daya tarik fisik berperan penting dalam
hubungan sosial. Para remaja menyadari lebih daripada anak-anak, bahwa mereka
yang menarik biasanya diperlukan dengan lebih banyak daripada mereka yang
kurang menarik. Mereka juga menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting
dalam pemilihan pemimpin. Akibatnya, jika mereka merasa bahwa dirinya tidak
menarik seperti yang diharapkan pada waktu pertumbuhan belum berakhir, maka
mereka akan mencari jalan untuk memperbaiki penampilannya. Beberapa remaja
menghindari keadaan “sadar akan penampilan” sehingga menghabiskan banyak waktu
dan pikiran untuk mencari jalan memperbaiki penampilan mereka.
Saat
ini, diet merupakan salah satu cara yang paling populer untuk menurunkan berat
badan, karena diet dapat dilakukan oleh hampir semua orang, tidak mahal,
diterima secara sosial, dan tidak menimbulkan efek samping yang langsung
terasa. Ogden (2002) menyatakan hal sebaliknya, bahwa orang-orang yang
mempunyai keinginan untuk mengubah bentuk tubuhnya tidak selalu melakukan diet.
Beberapa orang memilih untuk mengenakan baju-baju yang membuat mereka terlihat
kurus atau melakukan jalan pintas melalui operasi. Hal ini menunjukkan bahwa
ternyata seseorang yang memiliki rasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya belum
tentu melakukan diet, melainkan mereka dapat memilih cara-cara lain untuk
memperbaiki penampilannya.
Konsep : Dalam
video ini kami akan membawakan acara di dalam studio dengan dua orang sebagai
pembawa acara (news anchor), satu
orang sebagai reporter di lapangan, dan satu orang berperan sebagai psikolog.
                 Dalam video ini kami akan
membahas tentang “pengaruh body image
terhadap perilaku diet”. Karena sampai saat ini, persepsi umum tentang body image adalah postur tubuh yang
proporsional seperti model-model yang sering terlihat di layar televisi, baik
itu pria maupun wanita. Kami akan menjelaskan tentang body image, perilaku diet, bagaimana diet yang baik dan sehat,
dampak dari body image, serta coping masalah tersebut agar setiap
individu lebih menghargai penampilan diri mereka sendiri.
Berikut link video tersebut : https://youtu.be/idy5G88lEOY

Kamis, 31 Maret 2016

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT


Ita Tri Suhardianti
15514540

#kesehatanmental



I. PENDAHULUAN

     Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Kepribadian sulit dideskripsikan secara pasti. Brikut beberapa pengertian kepribadian menurut para ahli :
  1. Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard & Marquis)
  2. Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman (Stern)
  3. Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik seorang yang menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Allport)
     Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda.

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :



  • Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
  • Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
  •  Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
  •  Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
  • Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
  •  Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

II. TEORI

  1.   Psikoanalisis Klasik (SIGMUD FREUD 1856-1939)
     Dalam teori psikoanalisa, kperibadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan super ego.ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
 
 I    a. id

      id adalah kepribadian yang dibawa sejak lahir. Dari Id ini akan muncul ego dan super-ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drive. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subyektifitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.

id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu membedakan yang benar dan yang salah, tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberikan kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan ini lah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.


      b.  Ego

     Adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan perkembangan-mencapai-kesempurnaan dari superego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki enerji sendiri untuk akan memperoleh enerji dari Id.


c    c. Superego

     Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Paling tidak ada 3 fungsi dari superego.

  1.   mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistic.
  2.  memerintah impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan standart nilai masyarakat
  3.  mengejar kesempurnaan.

Freud juga mengembagkan 5 tahapan psikoseksual yaitu :

  1. Fase Oral berlangsung dari usia 0 sampai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut, dimana aktifitas yang paling utama adalah menghisap dan menggigit.
  2. Tahap Anal yang berlangsung dari usia 18 bulan sampai 3-4 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah anus. Memegang dan melepaskan sesuatu adalah aktifitas yang paling dinikmati.
  3. Tahap Phallic berlangsung antara usia 3 sampai 5, 6 atau 7 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah alat kelamin, sementara aktivitas paling nikmatnya adalah masturbasi.
  4. Tahap Laten berlangsung dari usia 5, 6, atau 7 sampai usia pubertas ( sekitar 12 tahun ). Dalam tahap ini, Freud yakin bahwa rangsangan-rangsangan seksual ditekan sedemikian rupa demi proses belajar
  5.   Tahap Genital dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas terlihat pada diri remaja, khususnya yang tertuju pada kenikmatan hubungan seksual. Mastrubasi, seks, oral, homo seksual dan kecenderungan-kecenderungan seksual yang kita anggap biasa saat ini, tidak dianggap Freud sebagai seksualitas yang normal.


         2.Psikologi Individual (ALFRED ADLER 1870-1937)
 
     Adler yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan interior, perasaan yang menggerakkan orang untuk bergerak atau berjuang menjadi superioritas atau menjadi sukses. Individu yang secara psikologis kurang sehat berjuang untuk menjadi pribadi superior, dan individu yang sehat termotivasi untuk mensukseskan umat manusia.

Pokok-Pokok Teori Adler



1. Individualitas sebagai pokok persoalan

      Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas, kebetulan serta sifat-sifat pribadi manusia. Menurut Adler tiap orang adalah suatu kongfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas; tiap tindak yang dilakukan oleh seseorang membawakan corak yang khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.


2. Pandangan Teleologis: Finalisme Semu

     Vaihinger mengemukakan, bahwa setiap manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu, yang tidak ada buktinya atau pasangannya yang realitas.



3. Dua Dorongan Pokok

    Di dalam diri manusia terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatarbelakangi segala tingkah lakunya, yaitu : Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada masyarakat; dan Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri.
 
4. Rasa Rendah Diri dan Kompensasi

     Adler berpendapat, bahwa rasa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda ketidak normalan; melainkan justru merupakan pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia. Tentu saja dapat juga rasa rendah diri itu berlebihan sehingga manifestasinya juga tidak normal, misalnya timbulnya kompleks rendah diri atau kompleks untuk superior. Tetapi dalam keadaan normal rasa rendah diri itu merupakan pendorong kearah kemajuan atau kesempurnaan (superior).


5. Dorongan Kemasyarakatan

     Dorongan kemasyarakatan itu adalah dasar yang dibawa sejak lahir; pada dasarnya manusia adalh mahluk sosial. Namun sebagaimana lain-lain kemungkinan bawaan, kemungkinan mengabdi kepada masyarakat itu tidak nampak secara spontan, melainkan harus dibimbing atau dilatih.

Gambaran tentang manusia sempurna hidup dalam masyarakat sempurna menggantikan gambaran manusia kuat, agresif dan menguasai serta memeras masyarakat. “Dorongan untuk berkuasa, memainkan peranan terpenting dalam perkembangan kepribadian” ( Adler, 1946, p. 145.)


6. Gaya Hidup

      Gaya hidup ini adalah prinsip yang dipakai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang; inilah yang melatarbelakangi sifat khas seseorang.

Gaya hidup seseorang itu telah terbentuk antara umur tiga sampai lima tahun, dan selanjutnya segala pengalaman dihadapi serta diasimilasikan sesuai dengan gaya hidup yang khas itu.



7. Diri yang Kreatif

     Diri yang kreatifitas adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Sukarnya menjelaskan soal ini ialah karena orang tidak dapat menyaksikan secara langsung akan tetapi hanya dapat menyaksikan lewat manifestasinya.



3.Psikologi Behaviorisme (Burrhus Frederic Skinner 1904-1990)


a.Kondisioning Klasik (Classical Conditioning)

   Kondisioning klasik, disebut juga kondisioning responden karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus-respon yang bersifat refleksbawaan.


b.Kondisioning Operan (Operant Conditioning)

     Reinforser tidak diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon karena respon itu sendiri beroperasi memberi reinsforment. Skinner menyebut respon itu sebagai tingkah laku operan (operant behavior).


    Tingkah laku responden adalah tingkah laku otomatis atau refleks, yang dalam kondisioning klasik respon diusahakan dapat dimunculkan dalam situasi yang lain dengan situasi aslinya. Tingkah laku operan mungkin belum pernah dimiliki individu, tetapi ketika orang melakukannya dia mendapat hadiah. Respon operan itu mendapat reinforcement, sehingga berpeluang untuk lebih sering terjadi. Kondisioning operan tidak tergantung pada tingkah laku otomatis atau refleks, sehingga jauh lebih fleksibel dibanding kondisioning klasik.

 B. F. Skinner dengan pandangannya yang radikal, banyak salah dimengerti dan mendapat kritik yang tidak proporsional. Betapapun orang harus mengakui bahwa teori Behaviorisme paling berhasil dalam mendorong penelitian dibidang psikologi dengan pendekatan teoritik lainnya. Berikut lima kritik terpenting terhadap B. F. Skinner.

  1. teori skinner tidak menghargai harkat manusia. Manusia bukan mesin otomat yang diatur lingkungan semata. Manusia bukan robot, tetapi organisme yang memiliki kesadaran untuk bertingkah laku dengan bebas dan spontan
  2. gabungan pendekatan nomoterik dan idiografik dalam penelitian dan pengembangan teori banyak menimbulkan masalah metodologis.
  3. pendekatan skinner dalam terapi tingkah laku secara umum dikritik hanya mengobati symptom dan mengabaikan penyebab internal mental dawn fisiologik.
  4. generalisasi dari tingkah laku merpati mematok makanan menjadi tingkah laku manusia yang sangat kompleks, terlalu luas/ jauh.




Kepribadian sehat dan tidak sehat

1.Kepribadian yang sehat

  • Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
  • Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
  • Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
  • Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
  • Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
  • Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
  • Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
  • Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
  • Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
  • Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
  • Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).

2.Kepribadian yang tidak sehat

  • Mudah marah (tersinggung)
  • Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
  • Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
  • Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
  • Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
  • Kebiasaan berbohong
  • Hiperaktif
  • Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
  • Senang mengkritik/mencemooh orang lain
  • Sulit tidur
  • Kurang memiliki rasa tanggung jawab
  • Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
  • Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
  • Pesimis dalam menghadapi kehidupan

·       

III.ANALISIS
 

Contoh kasus :

     Saya memiliki teman dekat dimana dari kecil dia adalah anak yang penakut akan hal-hal gaib. Sehingga, semasa kecil dia selalu takut untuk menonton film seram. Ditambah lagi mendengar cerita seram dari orang-orang terdekatnya. Namun hal itu tetap dia lakukan. Sampai-sampai dia pernah terbawa mimpi akibat menonton film seram yang menyebabkan dia ngompol karena rasa takut yang dia rasakan. Disamping itu, dia juga termasuk anak yang sangat aktif dalam melakukan suatu aktivitas. Setiap pulang sekolah dia bermain bersama teman-teman. Namun, hal itu membuat ayahnya marah. Karena setiap pulang sekolah dia suka bermain, yang seharusnya tidur siang. Sehingga keniginan untuk bermain sering tertunda. Jika ayahnya tidak dirumah dia suka bermain. Begitu pula sebaliknya, jika beliau ada dirumah pastinya dia tidak boleh keluar dan disuruh tidur siang. Itu adalah kasus yang teman saya alami dari umur 6- 10 tahun. Sehingga, pada tahun-tahun tersebut perkembangan kepribadian teman saya mengalami gangguan yang menyebabkan dirinya berperilaku sama pada tahun sebelumnya (terjadi regresi).



pembahasan :

     Kasus yang teman saya alami adalah mengompol sewaktu berusia 6-10 tahun akibat rasa takut akan hal-hal gaib dan tertundanya melakukan aktivitas yang aktif seperti bermain hingga terbawa mimpi. Kasus tersebut saya hubungkan dengan teori psikanalisis oleh Sigmund Freud khususnya mengenai analisis mimpi. Freuds bekerja sangat dipengaruhi orang-orang ahli analisis mimpi. Bukunya The Interpretation of Dream (Die Traumdeutung) pertama kali diterbitkan tahun 1899. Di sini, ia menjelaskan bahwa mimpi sering dikaitkan dengan keinginan-pemenuhan.

      Dia menjelaskan bahwa analisis mimpi perlu dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi pada pemimpi dalam kehidupan nyata. Terutama untuk peristiwa yang terjadi pada hari sebelumnya. Sebagian besar mencerminkan interpretasi mimpinya ketakutan, keinginan dan emosi yang ada dalam pikiran bawah sadar kita. Bahkan mimpi negatif dapat ditafsirkan sebagai peristiwa yang pemimpi berharap tidak akan terjadi. Hal ini terjadi pada teman saya, karena setiap menonton dan mendengar hal-hal yang gaib membuat dirinya ketakutan hingga terbawa ke dalam mimpi dan mengompol yang tidak dia harap akan terjadi.

     Definisi Mimpi Menurut Freud, mimpi adalah penghubung antara kondisi bangun dan tidur. Baginya, mimpi adalah ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang terlarang diungkapkan dalam keadaan terjaga. Jika Freud seringkali mengidentifikasi mimpi sebagai hambatan aktivitas mental tak sadar dalam mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan individu, beriringan dengan tindakan psikis yang salah, selip bicara (keprucut), maupun lelucon.

     Pada dasarnya hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk pemenuhan keinginan terlarang semata. Dikatakan oleh Freud (dalam Calvin S.Hal & Gardner Lindzaey, 1998) bahwa dengan mimpi, seseorang secara tak sadar berusaha memenuhi hasrat dan menghilangkan ketegangan dengan menciptakan gambaran tentang tujuan yang diinginkan, karena di alam nyata sulit bagi kita untuk mengungkapkan kekesalan, keresahan, kemarahan, dendam, dan yang sejenisnya kepada obyek-obyek yang menjadi sumber rasa marah, maka muncullah dalam keinginan itu dalam bentuk mimpi. (tertundanya pemenuhan keinginan teman saya untuk bermain bersama teman-teman).
      Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil diungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.  


IV.   Daftar pustaka
                  Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press
            Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Kanisius: Jakarta