Ita
Tri Suhardianti
15514540
#kesehatanmental
I. PENDAHULUAN
Kepribadian
adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat
yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Kepribadian sulit
dideskripsikan secara pasti. Brikut beberapa pengertian kepribadian menurut
para ahli :
- Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri secara
mengesankan (Hilgard & Marquis)
- Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik,
usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan membuka diri, kemampuan
memperoleh pengalaman (Stern)
- Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik seorang yang
menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Allport)
Para
ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang
kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W.
Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi
tentang kepribadian yang berbeda-beda.
Untuk
menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian
yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud,
teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler,
Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari
Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons
dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek
kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
- Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam
mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat.
- Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang,
atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari
lingkungan.
- Sikap; sambutan terhadap objek yang
bersifat positif, negatif atau ambivalen.
- Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan
reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya
tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
- Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan
untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau
menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang
dihadapi.
- Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang
berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka
atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
II. TEORI
- Psikoanalisis
Klasik (SIGMUD FREUD 1856-1939)
Dalam teori
psikoanalisa, kperibadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari
tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan super ego.ketiga sistem kepribadian
ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
I a. id
id adalah kepribadian
yang dibawa sejak lahir. Dari Id ini akan muncul ego dan super-ego. Saat
dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting,
impuls dan drive. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili
subyektifitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat
dengan proses fisik untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk
mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
id hanya mampu
membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang
benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu membedakan yang benar dan yang
salah, tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu
secara nyata, yang memberikan kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru
khususnya masalah moral. Alasan ini lah yang kemudian membuat Id memunculkan
ego.
b. Ego
Adalah eksekutif
(pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih
stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan
sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana
kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya
minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi
kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan perkembangan-mencapai-kesempurnaan
dari superego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang
tidak memiliki enerji sendiri untuk akan memperoleh enerji dari Id.
c c. Superego
Superego bersifat
nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan kesalahan ego, baik
yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Paling tidak ada 3 fungsi dari
superego.
- mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan
realistik dengan tujuan-tujuan moralistic.
- memerintah impuls Id, terutama impuls
seksual dan agresif yang bertentangan dengan standart nilai masyarakat
- mengejar
kesempurnaan.
Freud
juga mengembagkan 5 tahapan psikoseksual yaitu :
- Fase Oral berlangsung dari usia 0 sampai 18
bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut, dimana aktifitas yang paling utama
adalah menghisap dan menggigit.
- Tahap Anal yang berlangsung dari usia 18
bulan sampai 3-4 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah anus. Memegang dan
melepaskan sesuatu adalah aktifitas yang paling dinikmati.
- Tahap Phallic berlangsung antara usia 3
sampai 5, 6 atau 7 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah alat kelamin,
sementara aktivitas paling nikmatnya adalah masturbasi.
- Tahap Laten berlangsung dari usia 5, 6,
atau 7 sampai usia pubertas ( sekitar 12 tahun ). Dalam tahap ini, Freud yakin
bahwa rangsangan-rangsangan seksual ditekan sedemikian rupa demi proses belajar
-
Tahap Genital dimulai pada saat usia
pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas
terlihat pada diri remaja, khususnya yang tertuju pada kenikmatan hubungan
seksual. Mastrubasi, seks, oral, homo seksual dan kecenderungan-kecenderungan
seksual yang kita anggap biasa saat ini, tidak dianggap Freud sebagai
seksualitas yang normal.
2.Psikologi
Individual (ALFRED ADLER 1870-1937)
Adler
yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan
perasaan interior, perasaan yang menggerakkan orang untuk bergerak atau
berjuang menjadi superioritas atau menjadi sukses. Individu yang secara
psikologis kurang sehat berjuang untuk menjadi pribadi superior, dan individu
yang sehat termotivasi untuk mensukseskan umat manusia.
Pokok-Pokok
Teori Adler
1.
Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler
memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu
individualitas, kebetulan serta sifat-sifat pribadi manusia. Menurut Adler tiap
orang adalah suatu kongfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai
yang khas; tiap tindak yang dilakukan oleh seseorang membawakan corak yang khas
gaya kehidupannya yang bersifat individual.
2.
Pandangan Teleologis: Finalisme Semu
Vaihinger
mengemukakan, bahwa setiap manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau
pikiran yang semata-mata bersifat semu, yang tidak ada buktinya atau
pasangannya yang realitas.
3.
Dua Dorongan Pokok
Di
dalam diri manusia terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatarbelakangi
segala tingkah lakunya, yaitu : Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada
masyarakat; dan Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada aku
sendiri.
4.
Rasa Rendah Diri dan Kompensasi
Adler
berpendapat, bahwa rasa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda ketidak
normalan; melainkan justru merupakan pendorong bagi segala perbaikan dalam
kehidupan manusia. Tentu saja dapat juga rasa rendah diri itu berlebihan
sehingga manifestasinya juga tidak normal, misalnya timbulnya kompleks rendah
diri atau kompleks untuk superior. Tetapi dalam keadaan normal rasa rendah diri
itu merupakan pendorong kearah kemajuan atau kesempurnaan (superior).
5.
Dorongan Kemasyarakatan
Dorongan
kemasyarakatan itu adalah dasar yang dibawa sejak lahir; pada dasarnya manusia
adalh mahluk sosial. Namun sebagaimana lain-lain kemungkinan bawaan,
kemungkinan mengabdi kepada masyarakat itu tidak nampak secara spontan,
melainkan harus dibimbing atau dilatih.
Gambaran
tentang manusia sempurna hidup dalam masyarakat sempurna menggantikan gambaran
manusia kuat, agresif dan menguasai serta memeras masyarakat. “Dorongan
untuk berkuasa, memainkan peranan terpenting dalam perkembangan kepribadian” (
Adler, 1946, p. 145.)
6.
Gaya Hidup
Gaya
hidup ini adalah prinsip yang dipakai landasan untuk memahami tingkah laku
seseorang; inilah yang melatarbelakangi sifat khas seseorang.
Gaya
hidup seseorang itu telah terbentuk antara umur tiga sampai lima tahun, dan
selanjutnya segala pengalaman dihadapi serta diasimilasikan sesuai dengan gaya
hidup yang khas itu.
7.
Diri yang Kreatif
Diri
yang kreatifitas adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi
semua tingkah laku. Sukarnya menjelaskan soal ini ialah karena orang tidak
dapat menyaksikan secara langsung akan tetapi hanya dapat menyaksikan lewat
manifestasinya.
3.Psikologi Behaviorisme
(Burrhus Frederic Skinner 1904-1990)
a.Kondisioning Klasik
(Classical Conditioning)
Kondisioning klasik,
disebut juga kondisioning responden karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan
hubungan stimulus-respon yang bersifat refleksbawaan.
b.Kondisioning Operan
(Operant Conditioning)
Reinforser tidak
diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan
respon karena respon itu sendiri beroperasi memberi reinsforment. Skinner
menyebut respon itu sebagai tingkah laku operan (operant behavior).
Tingkah laku responden
adalah tingkah laku otomatis atau refleks, yang dalam kondisioning klasik
respon diusahakan dapat dimunculkan dalam situasi yang lain dengan situasi
aslinya. Tingkah laku operan mungkin belum pernah dimiliki individu, tetapi
ketika orang melakukannya dia mendapat hadiah. Respon operan itu mendapat
reinforcement, sehingga berpeluang untuk lebih sering terjadi. Kondisioning
operan tidak tergantung pada tingkah laku otomatis atau refleks, sehingga jauh
lebih fleksibel dibanding kondisioning klasik.
B. F. Skinner dengan
pandangannya yang radikal, banyak salah dimengerti dan mendapat kritik yang
tidak proporsional. Betapapun orang harus mengakui bahwa teori Behaviorisme
paling berhasil dalam mendorong penelitian dibidang psikologi dengan pendekatan
teoritik lainnya. Berikut lima kritik terpenting terhadap B. F. Skinner.
- teori skinner tidak
menghargai harkat manusia. Manusia bukan mesin otomat yang diatur lingkungan
semata. Manusia bukan robot, tetapi organisme yang memiliki kesadaran untuk
bertingkah laku dengan bebas dan spontan
- gabungan pendekatan
nomoterik dan idiografik dalam penelitian dan pengembangan teori banyak
menimbulkan masalah metodologis.
- pendekatan skinner
dalam terapi tingkah laku secara umum dikritik hanya mengobati symptom dan
mengabaikan penyebab internal mental dawn fisiologik.
- generalisasi dari
tingkah laku merpati mematok makanan menjadi tingkah laku manusia yang sangat
kompleks, terlalu luas/ jauh.
Kepribadian sehat dan tidak
sehat
1.Kepribadian yang sehat
- Mampu menilai diri sendiri
secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan
kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
- Mampu menilai situasi secara
realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya
secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi
kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
- Mampu menilai prestasi yang
diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya
dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh
prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia
tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
- Menerima tanggung jawab; dia
mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah
kehidupan yang dihadapinya.
- Kemandirian; memiliki sifat
mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma
yang berlaku di lingkungannya.
- Dapat mengontrol emosi; merasa
nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau
stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
- Berorientasi tujuan; dapat
merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya
berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar
paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan
kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
- Berorientasi keluar
(ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan
bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain
seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak
membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan
mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
- Penerimaan sosial; mau
berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat
dalam berhubungan dengan orang lain.
- Memiliki filsafat hidup;
mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari
keyakinan agama yang dianutnya.
- Berbahagia; situasi
kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement
(prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih
sayang).
2.Kepribadian yang tidak sehat
- Mudah marah (tersinggung)
- Menunjukkan kekhawatiran dan
kecemasan
- Sering merasa tertekan (stress
atau depresi)
- Bersikap kejam atau senang
mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
- Ketidakmampuan untuk menghindar
dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
- Kebiasaan berbohong
- Hiperaktif
- Bersikap memusuhi semua bentuk
otoritas
- Senang mengkritik/mencemooh
orang lain
- Sulit tidur
- Kurang memiliki rasa tanggung
jawab
- Sering mengalami pusing kepala
(meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
- Kurang memiliki kesadaran untuk
mentaati ajaran agama
- Pesimis dalam menghadapi
kehidupan
·
III.ANALISIS
Contoh kasus :
Saya
memiliki teman dekat dimana dari kecil dia adalah anak yang penakut akan
hal-hal gaib. Sehingga, semasa kecil dia selalu takut untuk menonton film
seram. Ditambah lagi mendengar cerita seram dari orang-orang terdekatnya. Namun
hal itu tetap dia lakukan. Sampai-sampai dia pernah terbawa mimpi akibat
menonton film seram yang menyebabkan dia ngompol karena rasa takut yang dia rasakan.
Disamping itu, dia juga termasuk anak yang sangat aktif dalam melakukan suatu
aktivitas. Setiap pulang sekolah dia bermain bersama teman-teman. Namun, hal
itu membuat ayahnya marah. Karena setiap pulang sekolah dia suka bermain, yang
seharusnya tidur siang. Sehingga keniginan untuk bermain sering tertunda. Jika
ayahnya tidak dirumah dia suka bermain. Begitu pula sebaliknya, jika beliau ada
dirumah pastinya dia tidak boleh keluar dan disuruh tidur siang. Itu adalah
kasus yang teman saya alami dari umur 6- 10 tahun. Sehingga, pada tahun-tahun
tersebut perkembangan kepribadian teman saya mengalami gangguan yang
menyebabkan dirinya berperilaku sama pada tahun sebelumnya (terjadi regresi).
pembahasan
:
Kasus
yang teman saya alami adalah mengompol sewaktu berusia 6-10 tahun akibat rasa
takut akan hal-hal gaib dan tertundanya melakukan aktivitas yang aktif seperti
bermain hingga terbawa mimpi. Kasus tersebut saya hubungkan dengan teori
psikanalisis oleh Sigmund Freud khususnya mengenai analisis mimpi. Freuds
bekerja sangat dipengaruhi orang-orang ahli analisis mimpi. Bukunya The
Interpretation of Dream (Die Traumdeutung) pertama kali diterbitkan tahun 1899.
Di sini, ia menjelaskan bahwa mimpi sering dikaitkan dengan
keinginan-pemenuhan.
Dia
menjelaskan bahwa analisis mimpi perlu dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi
pada pemimpi dalam kehidupan nyata. Terutama untuk peristiwa yang terjadi pada
hari sebelumnya. Sebagian besar mencerminkan interpretasi mimpinya ketakutan,
keinginan dan emosi yang ada dalam pikiran bawah sadar kita. Bahkan mimpi
negatif dapat ditafsirkan sebagai peristiwa yang pemimpi berharap tidak akan
terjadi. Hal ini terjadi pada teman saya, karena setiap menonton dan mendengar
hal-hal yang gaib membuat dirinya ketakutan hingga terbawa ke dalam mimpi dan
mengompol yang tidak dia harap akan terjadi.
Definisi
Mimpi Menurut Freud, mimpi adalah penghubung antara kondisi bangun dan tidur.
Baginya, mimpi adalah ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari
keinginan-keinginan yang terlarang diungkapkan dalam keadaan terjaga. Jika
Freud seringkali mengidentifikasi mimpi sebagai hambatan aktivitas mental tak
sadar dalam mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan individu, beriringan dengan
tindakan psikis yang salah, selip bicara (keprucut), maupun lelucon.
Pada
dasarnya hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk pemenuhan keinginan
terlarang semata. Dikatakan oleh Freud (dalam Calvin S.Hal & Gardner
Lindzaey, 1998) bahwa dengan mimpi, seseorang secara tak sadar berusaha
memenuhi hasrat dan menghilangkan ketegangan dengan menciptakan gambaran
tentang tujuan yang diinginkan, karena di alam nyata sulit bagi kita untuk
mengungkapkan kekesalan, keresahan, kemarahan, dendam, dan yang sejenisnya
kepada obyek-obyek yang menjadi sumber rasa marah, maka muncullah dalam
keinginan itu dalam bentuk mimpi. (tertundanya pemenuhan keinginan teman saya
untuk bermain bersama teman-teman).
Analisis
Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam
bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan,
ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang
sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan
untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa
hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan
oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil
diungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.
IV. Daftar pustaka
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press
Semium,
Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Kanisius:
Jakarta